Iya, tulisan ini
masih tentang kamu. Memang sulit untuk menghilangkan pesona mu dari setiap
lekukan pikiranku.
Aku hanya ingin
bilang aku rindu. Aku rindu manik mata hitam kelam dan sorot mata elang itu
yang seolah-olah dapat menembus dimensi ruang dan waktu. Rindu helaian rambutmu
yang jatuh dengan indah di keningmu, dan rambut panjangmu yang menari-nari
dengan sempurna ketika kamu berlari menghampiriku. Aku rindu lengan kekarmu
yang selalu siap siaga untuk melindungiku. Aku, rindu kamu.
Aku hanya ingin
bilang aku rindu. Aku rindu dibonceng olehmu setiap pagi dan sore hari.
Bertukar cerita di sepanjang perjalanan menuju rumahku, di tambah dengan
bumbu-bumbu candaan mu yang tidak lucu. Tapi tak mengapa, aku suka candamu. Aku
rindu aroma tubuhmu. Bahkan, aku masih ingat dengan tepat parfum apa yang kau
semprotkan ke badanmu. Ah, aromanya sangat memabukkan, sampai aku tidak bisa menuangkannya
dalam tulisan-tulisan.
Aku hanya ingin
bilang rindu. Aku rindu pada pohon mangga besar di halaman depan rumahmu. Juga
burung biru yang membangun kehidupan di salah satu rantingnya. Rasanya sudah
beribu-ribu tahun aku tidak berkunjung kesana. Bersama-sama memperhatikan
setiap gerakan elok yang burung biru kecil lakukan. Mendengarkan cuitan burung
biru yang membuatmu terlelap. Ah, andai saja sore ku sekarang aku habis di
bawah pohon itu, tentu saja denganmu.
Aku hanya ingin
bilang aku rindu. Aku rindu coretan-coretan syahdu yang kau buat ketika gerimis
turun. Tentang seseorang yang kau sebut namanya “Sang Pencinta Angka” di setiap
puisi yang kau buat. Aku tidak ingin tau siapa yang kau sebut dengan Sang
Pencinta Angka, aku hanya ingin tau kamu.
Aku hanya ingin
bilang rindu. Rindu dengan segala tingkah laku konyolmu di hadapanku. Aku rindu
denganmu yang beribu-ribu kali gagal dan terjatuh. Aku rindu cara mu bangkit
dari keterpurukan yang sering kali datang mengunjungimu. Aku rindu caramu
menghibur temanmu, meski dirimu sedang berapa di titik terendah dalam hidup.
Iya, aku
memperhatikan setiap jengkal dari langkahmu. Tidak ada satu pun yang
terlewatkan. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk mengenal dirimu dan
segala seluk beluk kehidupanmu. Untuk mengetahui sudut pandangmu tentang segala
sesuatu. Aku kagum dengan dirimu, yang dapat melihat satu hal dari satu juta
sudut pandang dan mengambil kesimpulan. Aku kagum caramu menarik premis premis
suatu permasalahan. Aku kagum segala sesuatu tentang dirimu.
Dan aku hanya
ingin bilang,
Aku rindu.
Comments
Post a Comment